
Hari Populasi Sedunia, Kontrasepsi Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
Di Hari Populasi Sedunia diperingati setiap tahunnya di tanggal 11 Juli tidak sah rasanya jika tidak membicarakan tentang perencanaan keluarga, termasuk di dalamnya tentang kontrasepsi. Diskusi kontrasepsi sangatlah penting, tetapi cenderung dianggap tabu oleh masyarakat luas di Indonesia.
Kontrasepsi secara general adalah metode atau alat yang digunakan untuk mengatur kelahiran atau mencegah kehamilan pada pasangan. Kontrasepsi merupakan hak bagi laki-laki dan perempuan. Sayangnya, selama ini tanggungan untuk memakai kontrasepsi berat dibebankan kepada perempuan saja.
Edukasi tentang keluarga berencana dan kontrasepsi besar dampaknya bagi populasi sebuah negara. Sensus Penduduk per September 2020 mencatat Indonesia ditinggali 270,20 juta jiwa. Selama sepuluh tahun, yaitu 2010-2020, ada rata-rata penambahan jumlah penduduk sebesar 1,25 persen. Diperkirakan, dalam 10 tahun ke depan, Indonesia akan mengalami bonus demografi.
Bonus demografi adalah kondisi di mana suatu negara memiliki penduduk produktif yang lebih banyak dibanding penduduk usia tidak produktif. Kejadian ini bisa membawa dampak positif, tetapi juga negatif. Jika tidak disiapkan, kondisi bonus demografi akan menciptakan masyarakat yang tidak punya keahlian yang relevan pada kebutuhan di masanya.
Di sinilah pentingnya merencanakan keluarga dan membagi rata tanggung jawab akan kontrasepsi untuk pasangan di dalam sebuah hubungan. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bahwa tingkat penggunaan alat kontrasepsi kondom atau vasektomi untuk laki-laki di Indonesia masih terbilang rendah.
Tercatat di 2017 berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, angka kepesertaan laki-laki yang menggunakan kondom hanya sebesar 2,3 persen dan vasektomi sebesar 0,2 persen. Kebanyakan pria enggan melakukan vasektomi karena takut mengalami penurunan vitalitas.
Di sisi lain, kurang juga adanya edukasi terhadap manfaat vasektomi. Banyak perempuan juga enggan menyetujui tindakan vasektomi bagi para suami karena khawatir terjadinya perselingkuhan di masa depan. Maka dari itu, perempuan lebih memilih dirinya yang menanggung beban kontrasepsi.
Padahal, penting untuk disadari bahwa perempuan dan laki-laki dalam sebuah hubungan adalah sepasang partner yang saling melengkapi. Hal ini termasuk dalam kesehatan reproduksi dan seksual. Keduanya sudah sepantasnya saling membagi tugas dan sama-sama mengedukasi diri.
Edukasi tentang penggunaan kondom, misalnya. Alat kontrasepsi terbilang efektif dalam penggunaannya, karena dapat mencegah kehamilan hingga 98-99 persen. Risiko kesehatan dalam pemakaiannya juga terhitung rendah. Penelitian Asthma and Allergy Foundation of America hanya mencatat sekitar satu persen dari populasi dunia yang punya alergi lateks.
Jika memang alergi lateks, pengguna disarankan menggunakan kontrasepsi eksternal yang berbahan poliisoprena, poliuretan, atau polietilen. Lagi pula, menurut Goody Howard, seorang pendidik seks asal Texas, Amerika Serikat, banyak orang mengira mereka alergi lateks, tetapi ternyata hanya sensitif terhadap pelumas yang melapisi kondom yang telah terlubrikasi. Hal ini bisa dihindari, misalnya, dengan memilih berbagai jenis kondom lain yang tersedia di pasaran.
Menurut studi, penggunaan kondom juga bisa dibilang dapat meningkatkan performa dan membuat durasi seks menjadi lebih lama. Kondom juga memiliki keunggulan mudah dibersihkan setelah digunakan. Penggunaannya pun tidak perlu dijadwalkan atau mengikuti resep dokter, seperti pil KB atau alat kontrasepsi yang biasa digunakan oleh perempuan.
Sementara itu, vasektomi juga memiliki kelebihannya tersendiri. American Urological Association melakukan riset yang menyatakan bahwa kehamilan bisa terjadi pada kurang dari 2 pasangan per 1.000 pasangan yang telah melakukan vasektomi. Vasektomi pun dinilai 99 persen efektif mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Vasektomi juga merupakan praktek kontrasepsi jangka panjang. Efeknya bagi kesehatan pun terbilang positif. Perlu diketahui juga bahwa vasektomi tidak mempengaruhi kadar hormon dalam tubuh atau mengurangi gairah pada laki-laki.
Ini menjadi alternatif yang lebih sederhana dan lebih aman jika dibandingkan dengan proses sterilisasi yang dilakukan perempuan. Pasangan dapat berkonsultasi pada dokter untuk informasi lengkap yang sesuai dengan kesehatan masing-masing individu. Opsi vasektomi memang disarankan bagi mereka yang sudah tidak ingin punya anak lagi.
Kontrasepsi untuk laki-laki ini ikut juga mendukung kesehatan dan kesejahteraan perempuan. Perempuan punya kebebasan lebih akan organ reproduksinya dan menjadi lebih sehat secara psikis serta mental. Kompromi pun membuat perempuan bisa lebih sehat reproduksinya, dalam artian memiliki jarak waktu mempunyai anak sekaligus perencanaan jumlah serta jarak usia anak.
***
Kredit visual: Gyproc.co.id