Kuatnya Persaingan pada 2024 dan Sosok yang Naik ke Permukaan

Kuatnya Persaingan pada 2024 dan Sosok yang Naik ke Permukaan

Sosok calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) sudah ramai diperbincangkan. Salah satu nama yang mencuat adalah Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Elektabilitas AHY juga menjadi ulasan berbagai lembaga survei.

Hasil survei Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menyatakan bahwa elektabilitas AHY berada di angka 8,8 persen. Selain itu, menurut Nyari Presiden (Nyapres 2024) AHY meraih hasil survei sebesar 40,44 persen sebagai Capres.

Di sisi lain, Lembaga Analis dan Konsultan Politik Indonesia, Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) hanya menyebutkan AHY punya kesempatan 15,51 persen. Ada pula hasil suara dari Voxpol Center menyatakan anak Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) punya elektabilitas sebesar 12,5 persen.

Elektabilitas AHY bukan tanpa tantangan. Pencalonan AHY yang disandingkan dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dinyatakan tidak masuk akal. Hal ini seperti disebutkan oleh Direktur Indo Barometer M Qodari.

“Sebenarnya agak halu atau halusinasi kalau menyebut pasangan AHY dengan Airlangga itu mengulangi kejayaan SBY dan JK ya. Karena elektabilitas AHY itu jauh berbeda dengan SBY di tahun 2004 yang lalu,” kata Qodari pada Rabu (9/6/2021).

Qodari juga menyatakan bahwa AHY punya peluang menang yang berat. Ia justru tidak menyarankan Golkar tidak menyandingkan ketuanya dengan AHY karena popularitas AHY sendiri terbilang tanggung.

Qodari juga menyarankan untuk Airlangga Hartarto memilih pasangan calon yang punya popularitas tinggi. Apalagi, AHY sendiri juga belum punya pengalaman politik yang lama dan pengalaman sebagai pejabat negara. AHY bahkan tidak pernah menjadi menteri.

Sebagai politik, Airlangga sendiri sudah memiliki track record yang dianggap lebih baik dibandingkan AHY. Airlangga pernah duduk di DPR dan sekarang sedang menjadi Menteri Koordinator Perekonomian, selain itu juga Ketua Umum Partai Golkar.

Popularitasnya pun menjadi modal dan partai menggerakan seluruh mesin partai untuk bertarung pada Pemilu 2024. Pekerjaan rumah selanjutnya adalah bagaimana mendongkrak popularitas ini dan mengubahnya menjadi alasan masyarakat untuk memilihnya.

Selain itu, Qodari juga menyatakan AHY tidak bisa disamakan dengan SBY. Itu adalah salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Partai Demokrat. AHY masih butuh pembuktian panjang untuk menjadi seorang presiden di mata masyarakat umum.

Selain AHY dan Airlangga, nama Ketua DPR RI Puan Maharani juga mencuat sebagai calon yang akan bertarung di Pemilu 2024 nanti. Terlebih, baliho Puan mulai bermunculan di berbagai daerah di Indonesia.

Pengamat politik Universitas Trunojoyo (UTM) Madura Surokim Abdussalam menilai keberadaan baliho tersebut adalah pertanda bahwa Ketua DPP PDI Perjuangan itu berjalan menuju bursa pemilihan presiden.

Surokim menganggap ini adalah pemanasan dan ekspansi basis dukungan agar calon pemimpin lebih dekat dengan warganya. Hal tersebut lumrah dilakukan sebagai bagian dari kampanye udara.

Meski Pemilu masih lama, tetap saja berbagai cara sudah mulai dilakukan. Perjuangan memperebutkan kursi presiden bukanlah pertarungan yang singkat dan mudah. Maka, wajar saja jika berbagai cara sudah dilakukan untuk memulai pertarungan ini.

Terlebih, Puan sendiri banyak dinilai sudah mumpuni untuk berjalan menuju kursi kepresidenan selanjutnya. Sebelum menjadi Ketua DPR perempuan pertama Indonesia, Puan telah menjadi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Sebelumnya, Puan juga sudah berkarier sebagai anggota DPR dan Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR.

Pengamat politik juga menilai bahwa Puan sudah punya pengalaman di Senayan dan Istana sebagai anggota serta Ketua DPR dan menteri koordinator. Majunya Puan ke bursa Capres dan Cawapres bukan satu hal yang harus dipertanyakan lagi. Kepemimpinannya sudah terbukti melalui pengalamannya selama ini.

Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo menyebutkan, dari nama-nama yang sedang bertarung, menurutnya ada beberapa kualitas yang harus dimiliki, yaitu visi, moralitas, dan usia. Permasalahannya adalah apa warisan yang akan ditinggalkan untuk Indonesia di masa depan.

Capres dan Cawapres juga sepatutnya memiliki teladan moral dan etika. Usia bukan soal dalam pencalonan asalkan bakal calon terbuka. Lintas generasi bukanlah masalah asalkan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat untuk masyarakat.

***

Riska Mela Putri

Kredit visual: manadopost.jawapost.com

Spread the love

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *