Yustitia Arief, Difabel yang Perjuangkan Kesetaraan Disabilitas

Yustitia Arief, Penyandang Disabilitas yang Perjuangkan Kesetaraan Disabilitas

Yustitia Arief, Difabel yang Perjuangkan Kesetaraan Disabilitas

Setiap tahun situs berita liputan6.com bersama KapanLagi Youniverse (KLY) menyelenggarakan event Anugerah Perempuan Hebat Indonesia. Penyelenggaraan acara ini bertujuan untuk mengapresiasi perempuan Indonesia yang telah berkontribusi positif terhadap lingkungan dan masyarakat hingga dapat memajukan bangsa Indonesia.

Tahun ini, liputan6.com dan KLY kembali memberi penghargaan kepada enam perempuan inspiratif. Salah satu penerimanya adalah Yustitia Arief, seorang pegiat kesetaraan untuk disabilitas. Yustitia juga merupakan pendiri Advokasi Inklusi Disabilitas (AUDISI).

Yustitia memiliki semangat tinggi untuk meningkatkan kesetaraan penyandang disabilitas karena ia percaya penyandang disabilitas bisa berkembang sesuai kapasitasnya apabila mendapat dukungan yang tepat dari lingkungan. Hal ini dirasakan sendiri oleh Yustitia yang menyandang polio sejak kecil.

Orang tua Yustitita tidak pernah memberinya perlakuan berbeda dari keempat saudaranya yang non-disabilitas. Mereka juga tidak membatasi pergaulan Yustitia. Perempuan hebat ini justru merasa beruntung memiliki orangtua yang memiliki pendidikan baik, sehingga mereka tahu bagaimana memiliki pola asuh yang suportif.

Pola asuh suportif tersebut, menurutnya, membuat Yustitia menjadi mandiri dan memiliki semangat tinggi untuk meraih cita-cita. Ia selalu ingat pesan sang ayah bahwa dirinya pasti bisa berhasil dengan segala keterbatasannya asal memiliki keinginan kuat. Yustitia pun menyadari bahwa membebaskan diri dari keterbatasan gerak dan membangun kapasitas diri adalah kunci untuk meraih impian.

Yustitia membangun kapasitas dirinya itu dengan bergaul bersama teman-teman. Perempuan muda ini punya impian sekolah yang tinggi sehingga dia juga bisa menyelesaikan kuliah. Pokoknya jalan hidup itu harus bekerja keras dan menyemangati diri.

Tekad kuat Yustitia berhasil mengantarkannya ke pencapaian segudang prestasi. Ia berhasil meraih gelar Sarjana Hukum Internasional dari Fakultas Hukum Universitas Pancasila pada 1993. Kemudian, Yustitia merintis kariernya sebuah teve swasta. Di sana, ia sukses menjadi penyiar berita mancanegara.

Dari pekerjaannya yang bertanggung jawab untuk Info Mancanegara, Yustitia kemudian jadi penyiar. Yustitia jadi penyiar disabilitas untuk Indonesia. Dirinya tak pernah berhenti mengaktualisasi diri. Kariernya pun terus menanjak. Kini, Yustitia dipercaya untuk memperkuat tim staf khusus presiden bidang sosial.

Tingkatkan kesetaraan penyandang disabilitas

Yustitia percaya bahwa penyandang disabilitas dapat berkembang optimal sesuai kemampuannya bisa didukung dengan baik. Sayangnya, ia melihat masih banyak penyandang disabilitas yang kesulitan mendapat akses pendidikan, kesehatan, dan pola asuh yang inklusi.

Yustitia pun tergerak untuk mendirikan sebuah yayasan yang dapat memberi advokasi dan bimbingan terhadap penyandang disabilitas. Pada 2017, ia mendirikan Advokasi Inklusi Disabilitas (AUDISI), yaitu sebuah yayasan disabilitas yang bergerak di bidang pemberdayaan dan advokasi kebijakan.

Ia mengatakan, pendekatan yang digunakan oleh yayasan tersebut adalah penyadaran. Mereka membantu para penyandang dan masyarakat luas menyadari bahwa tidak ada masalah dengan disabilitas. Hal yang perlu diperhatikan adalah abilitasnya, bukan dis-nya.

Banyak yang bertanya soal difabel, menurut Yustitia, kata itu hanyalah sebuah terminologi. Jadi tidak terlalu masalah. Sekarang dipahami saja, difabel itu kan different ability. Semua orang punya different ability. Lalu, soal disabilitas. Dis itu tidak menunjuk disabilitas, tetapi ragam disabilitasnya. Kenapa harus malu dengan disabilitas, justru dis-nya itu yang harus diadvokasi. Yustitia pun begitu bersemangat menjelaskannya

Lanjutnya, advokasi bagi penyandang disabilitas bisa dilakukan sehari-hari dengan sikap yang santun dan bersahabat. Sikap ini pula yang ia tampilkan saat berinteraksi dengan teman-teman penyandang disabilitas.

Selain itu, Yustitia juga memberi saran kepada orangtua penyandang disabilitas untuk membantu menggali potensi sang buah hati agar mampu hidup mandiri dan berdaya. Karena itu, anak penyandang disabilitas sebaiknya dibebaskan untuk bersosialisasi dengan luas di luar rumah.

Terkait penciptaan lingkungan inklusi bagi penyandang disabilitas, Yustitia mengatakan bahwa hal ini harus diupayakan oleh berbagai pihak, termasuk penyandang disabilitas itu sendiri. Menurutnya, apabila penyandang disabilitas mampu membangun konsep diri dengan baik, maka lingkungan inklusi itu akan tercipta secara sendirinya.

Lebih lanjut, Yustitia juga mendorong pemerintah untuk mensosialisasikan kebijakan-kebijakan terkait lingkungan inklusi dengan lebih baik lagi. Menurutnya, kebijakan-kebijakan pemerintah sudah mencerminkan proses menuju Indonesia inklusi, hanya saja belum tersosialisasikan dengan baik.

Yustitia, melalui AUDISI, pun telah menunjukkan dukungan positif bagi pemerintah. Selama empat tahun berdiri, AUDISI sudah mengawal lahirnya Peraturan Daerah (Perda) Disabilitas Nomor 14 tahun 2019 untuk penyandang disabilitas Provinsi Banten dan Perda Disabilitas Tangerang Selatan. Yayasan yang berlokasi di Tangerang, Banten, tersebut juga telah menyatukan berbagai organisasi disabilitas di wilayah Banten.

Perjuangan Yustitia untuk meningkatkan kesetaraan penyandang disabilitas masih belum berhenti di sini. Ia akan terus memberi advokasi bagi penyandang disabilitas agar mereka bisa berkembang secara optimal dan dapat bergaul dengan anak-anak non-disabilitas lainnya.

***

Kredit visual: Harian Nasional

Spread the love

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *