Etalase Perempuan Sediakan Ruang Sirkulasi Pemikiran di Bidang Seni Budaya

Etalase Perempuan Sediakan Ruang Sirkulasi Pemikiran di Bidang Seni Budaya

Sekolah Pemikiran Perempuan (SPP) tahun ini kembali mengadakan festival Etalase Pemikiran Perempuan (Etalase). Di tahun ketiga penyelenggaraan festival ini, SPP Jakarta berkolaborasi dengan Yayasan Suar Asa Khatulistiwa (SAKA) yang berbasis di Pontianak, Kalimantan Barat.

Dilansir dari situs pemikiranperempuan.org, Etalase merupakan ruang sirkulasi pemikiran perempuan di ranah seni budaya. Festival ini mengusung semangat lintas disiplin, wilayah geografis, budaya, dan generasi. Jadi, di festival Etalase, para perempuan dari berbagai latar belakang dapat saling bertukar pikiran tentang kesejahteraan perempuan di bidang seni budaya.

Sekolah Pemikiran Perempuan sendiri tercipta dari serangkaian lokakarya proses kreatif berperspektif feminis yang diinisiasi oleh para pengelola hibah Cipta Media Ekspresi (CME). Seperti diketahui, CME merupakan hibah untuk perempuan pencipta, peneliti, dan pegiat komunitas di bidang seni budaya.

Pada 2020, SPP resmi berdiri sebagai inisiatif independen yang memiliki tujuan untuk melakukan intervensi terhadap proses produksi pengetahuan yang meminggirkan, mengerdilkan, dan menghapus perempuan. Melalui berbagai kegiatannya, SPP berupaya menonjolkan peran penting perempuan dalam penciptaan pengetahuan. Mereka melakukan pembangkangan terhadap sistem pengetahuan yang bersifat kolonial, kapitalis, dan hetero patriarkis.

Tak bisa dipungkiri, pemikiran dan kemampuan perempuan masih kerap dinomor duakan di dunia yang kental budaya patriarkis seperti Indonesia. Akibatnya, perempuan kurang bisa berkembang di bidang yang mereka geluti, termasuk seni budaya.

Hal tersebut diakui oleh penulis, Intan Paramaditha. Ia mengatakan, di dunia sastra hanya ada segelintir penulis yang menonjol atau dianggap perlu untuk terus dibicarakan. Selain itu, penulis perempuan juga masih jarang diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan.

Menurut Intan, dalam sebuah wawancaranya, ada banyak sekali all male panels setiap penjurian sastra atau diskusi-diskusi sastra. Narasumbernya semua laki-laki, atau perlombaan misalnya. Hal itu membuat dia pun bertanya-tanya, sebenarnya mereka paham atau tidak pentingnya suara perempuan.

Intan yang juga pernah menjadi salah satu juri hibah CME pun mengungkapkan pentingnya memperjuangkan perspektif feminis di ranah seni budaya. Menurutnya, tanpa perspektif feminis, produk-produk budaya yang melecehkan perempuan atau menganggap normal pemerkosaan akan terus beredar.

Etalase Perempuan

Sekolah Pemikiran Perempuan berdiri sebagai pejuang perspektif feminisme seperti yang dikatakan Intan. Mereka memberi kesempatan bagi para perempuan dari seluruh daerah di Indonesia untuk menyebarkan dan saling bertukar pengetahuan melalui berbagai kelas, ceramah, dan lokakarya di ruang publik. Salah satunya melalui kegiatan festival Etalase Perempuan yang diadakan setiap tahun.

Etalase pertama kali diselenggarakan pada 2019 di Yogyakarta. Pada tahun pertamanya, festival ini menampilkan pameran, pertunjukan, dan diskusi yang diisi oleh 40 perempuan penerima hibah Cipta Media Ekspresi.

Pada 2020, festival tersebut kembali hadir dengan tajuk “Etalase Pemikiran 2020: Sebuah Festival”. Walau diadakan secara daring karena Pandemi Covid-19, kegiatan ini tetap berlangsung meriah dengan menampilkan beberapa alumni CME beserta para seniman, akademisi, dan aktivis perempuan. Mereka memberikan banyak sumbangan menarik bagi perkembangan pemikiran perempuan di bidang seni budaya.

Selama tiga hari, publik dapat mengikuti berbagai kegiatan seperti rangkaian diskusi, cerita kisah hidup, dan pentas ceramah. Berbagai kegiatan ini mengangkat bermacam-macam topik. Misalnya, membuka akses yang menyempit atau tertutup (ditutup) bagi perempuan, metode kerja seni atau budaya, serta kolaborasi lintas disiplin dan lintas generasi.

Etalase tahun ini kembali diselenggarakan secara daring. Festival akan berlangsung pada 23-25 Juli 2021 dan menampilan program-program khas Etalase. Salah satunya, program “Riwayatmu, Puan”, yaitu narasi tentang riwayat hidup perempuan dalam sejarah seni budaya. Program ini ingin menginterogasi historiografi yang meminggirkan perempuan.

Program khas lain seperti “Diskusi panel” dan “Temu wicara”, “Bongkar Kata”, dan Konser ceramah juga tak ketinggalan akan diselenggarakan. Lebih lanjut, Etalase Perempuan 2021 juga akan mengadakan satu forum diskusi dalam Bahasa Inggris sebagai upaya menjadi bagian dari jaringan solidaritas internasional. Berbeda dengan program-program lain, forum diskusi ini belum pernah diselenggarakan di festival tahun-tahun sebelumnya.

Walaupun ada forum diskusi khusus dalam Bahasa Inggris, pertukaran pengetahuan dalam Bahasa Indonesia masih menjadi fokus utama festival tahun ini. SPP menyadari bahwa akses terhadap pengetahuan yang dihasilkan perempuan dalam Bahasa Indonesia masih sangat terbatas. Karena itu, bahasa ini masih harus menjadi prioritas.

Setiap sesi yang ada di Etalase 2021 terbuka untuk umum dan tersedia juru bahasa isyarat. Untuk mengikutinya, publik cukup mendaftarkan diri di situs web pemikiranperempuan.org. Diharapkan melalui acara tersebut para perempuan dapat saling berkenalan serta berbagi gagasan dan kecakapan.

***

Kredit visual: Magdalene.co

Spread the love

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *