Yayasan Pendidikan Pelita Harapan Luncurkan Dua Klinik Layanan Kesehatan Mental
PUAN.CO.ID– Menurut data statistik yang dipublikasikan Kemenko PMK pada Juni 2022, angka kisaran disabilitas anak usia 5-19 tahun adalah 3,3% atau 2.197.833 anak. Jumlah anak berkebutuhan khusus tidak sedikit di Indonesia.
Psikolog Klinis Anak dari Jakarta Children’s Growth Center, dalam penanganan kasus-kasus anak, pendekatan berbasis relasi sangat dibutuhkan. Seperti yang diungkapkan Fransisca Febriani Sidjaja, Ph.D., yang akrab disapa Febri, salah seorang psikolog klinis anak yang berpraktik di JCGC.
“Pendekatan-pendekatan dalam menangani anak dengan kebutuhan khusus perlu tidak hanya berfokus pada pembentukan target perilaku seperti yang diharapkan, tetapi lebih dari itu harus turut mengakomodasi kebutuhan individu itu untuk membangun relasi yang sehat dengan orang tua, pengasuh, dan lingkungannya. Di BFL, pendekatan relational-based approach akan terefleksi dalam setiap program yang kami tawarkan,” jelas Febri.
Untuk itu, Yayasan Pendidikan Pelita Harapan (YPPH) meluncurkan dua klinik layanan kesehatan mental sekaligus yaitu Jakarta Children’s Growth Center (JCGC) sebagai layanan kesehatan mental atau tumbuh kembang khusus anak-anak dan remaja, dan Jakarta Adult Psychology Center (JAPC), untuk melayani klien dewasa dan pasangan, di Gedung St. Moritz Education Building, Kawasan Lippo Mall Puri Indah, Jakarta Barat.
Disabilitas anak dapat dipetakan menjadi berbagai disabilitas, termasuk disabilitas intelektual, kesulitan belajar khusus, disabilitias fisik, disabilitas sosial, gangguan perhatian dan hiperaktivitas, ataupun gangguan spektrum autisme. Juga seiring dinamisnya beragam aspek kehidupan masyarakat serta kompleksnya persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat urban pun semakin membutuhkan terwujudnya kesehatan mental.
Dengan Jakarta Children’s Growth Center (JCGC), YPPH berkomitmen mengutamakan pendidikan inklusi melalui pusat pelayanan psikologi, tumbuh kembang dan terapi. JCGC menyediakan berbagai pengetesan dan pemeriksaan psikologis, berupa: evaluasi komprehensif profil mental anak (Child Comprehensive Evaluation), tes inteligensi (IQ), tes kesiapan sekolah (School Readiness Test), serta tes minat dan bakat (Career Pathway & Exploration test).
Di samping pemeriksaan psikologis, program yang disediakan JCGC mencakup layanan terapi seni, terapi bermain, terapi musik, terapi wicara, terapi okupasi, dan psikoterapi lain yang terbukti secara ilmiah.
JCGC juga dilengkapi dengan teknologi terapi neurofeedback yang merupakan teknik mutakhir untuk melatih otak agar berfungsi dan beroperasi pada level maksimal, juga melatih jalur saraf sehingga membuat berbagai wilayah otak dapat berfungsi lebih baik. Terapi ini terbukti efektif pada beberapa anak dengan kesulitan mempertahankan fokus perhatian, termasuk pada anak dengan ADHD.
“Semua anak itu unik, dan harus didukung untuk mencapai potensi terbaik mereka. Beberapa anak membutuhkan terapi okupasi untuk mengatasi masalah motorik. Anak-anak lain membutuhkan terapi wicara untuk mengatasi masalah bicara. Sementara yang lainnya membutuhkan konseling psikologis untuk mengatasi masalah perilaku atau kesehatan mental. JCGC hadir untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal,” jelas Stephanie Riady selaku Direktur Eksekutif Yayasan Pendidikan Pelita Harapan di Jakarta, Senin (14/8/2023).
Layanan kedua yang juga diluncurkan YPPH hari ini adalah Jakarta Adult Psychology Center (JAPC), yang menyediakan layanan bagi segmen dewasa, pasangan dan keluarga dengan berfokus pada tiga program layanan, yaitu pemeriksaan psikologis, konseling dan psikoterapi, serta coaching dan psikoedukasi.
Program unggulan yang ditawarkan mencakup tes kecocokan pasangan (untuk pasangan yang akan dan sudah menikah) serta layanan dukungan kelompok pada komunitas spesifik, misalnya orang tua dengan anak berkebutuhan khusus atau individu dengan penyakit terminal.
JCGC dan JAPC dikelola di bawah Breakthrough For Life (BFL) Center, yang ditargetkan untuk memberikan layanan one stop solution untuk isu kesehatan mental, dengan dukungan lebih dari 20 praktisi yang ahli dan tersertifikasi di bidangnya, yang terdiri dari psikolog, pendidik, terapis wicara, dan terapis okupasi, terapis seni, dan terapis bermain dan layanan penunjang lainnya.
Karel Karsten Himawan, Ph.D., Psikolog Klinis yang dipercaya menjadi direktur program di BFL menegaskan, “Kami percaya bahwa isu mental tidak bisa lepas dari konteks relasi, sehingga fokus terapi ialah pemulihan relasi antara individu dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, termasuk dengan Penciptanya.”
Stephanie menambahkan, “Pelayanan kami juga diharapkan menjadi solusi dari terbatasnya sarana prasarana dan tingginya beban akibat masalah kesehatan mental dan sebagai upaya meningkatkan layanan kesehatan mental di Indonesia. Hadirnya kedua klinik juga menjadi solusi untuk menghilangkan stigma terhadap orang dengan gangguan kesehatan mental dengan perawatan yang holistik bagi setiap individu, dengan mengembangkan dan meningkatkan potensi yang tersembunyi sebagai prioritas kami dalam penanganannya.”