Pentingnya Pengasuhan Remaja Dalam Mencegah Kekerasan Dalam Pacaran
PUAN.CO.ID – Wahana Visi Indonesia (WVI), sebagai organisasi kemanusiaan Kristen yang fokus terhadap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, dan gender, mengajak masyarakat untuk memperhatikan pola pengasuhan anak usia remaja sebagai salah satu langkah pencegahan kasus kekerasan dalam pacaran yang masih sering terjadi.
Menurut Komnas Perempuan, kasus kekerasan dalam pacaran menduduki peringkat ketiga setelah kasus kekerasan dalam rumah tangga dan kasus kekerasan seksual. Berdasarkan Catatan Tahunan (CATAHU) 2021, jumlah laporan kasus kekerasan dalam pacaran (KdP) di tahun 2020 mencapai 1.309 kasus atau sebesar 20% dari total kasus kekerasan terhadap perempuan. Komnas Perempuan juga telah menerima 1.200 laporan terkait kekerasan dalam pacaran dari total 4.500 pelaporan yang diterima antara Januari 2021 hingga Oktober 2021.
Ketua Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI – HIMPSI), Dr. Wiwin Hendriani, S.Psi., M.Si., mengatakan ada sejumlah faktor penyebab seseorang melakukan kekerasan dalam pacaran. “Hasil-hasil penelitian telah menunjukkan bahwa umumnya pelaku memiliki persoalan psikologis yang terkait dengan pengalaman masa lalunya. Baik itu kejadian traumatik tertentu, atau hal-hal lain yang terkait dengan kondisi keluarga dan pengasuhannya dulu,” ungkap Wiwin.
Wiwin menambahkan bahwa pola pengasuhan orang tua memiliki peranan penting untuk membentuk perilaku anak. Dia menganjurkan para orang tua untuk mulai memberikan edukasi yang tepat terkait hubungan percintaan dengan lawan jenis kepada anak di usia remaja agar perilaku menyimpang seperti kekerasan dalam pacaran dapat dicegah.
Hal senada juga diutarakan oleh Faith and Development Manager Wahana Visi Indonesia, Anil Dawan yang menyebutkan bahwa usia remaja merupakan tahap penting dalam perkembangan emosional anak sehingga harus diarahkan ke hal-hal yang positif. Untuk itu, ia memberikan beberapa tips bagi orang tua dalam menyikapi anak remajanya yang mulai berpacaran.
- Jangan melarang, tapi arahkan
Pacaran merupakan tahap mengenal pribadi untuk membangun dan mengembangkan diri satu dengan yang lain. Oleh karena itu, jangan melarang anak untuk pacaran, tetapi dukung anak untuk mengisi waktu berpacaran dengan aktivitas yang positif dan saling membangun. Misalnya, seperti memasak bersama, berolahraga, beribadah atau aktivitas keagamaan yang lain, dan sebagainya.
- Kenali pasangan sang anak
Jika remaja pacaran tidak boleh ada istilah back street, atau hubungan gelap. Orang tua harus mengetahui dengan siapa anak remajanya berpacaran. Jika perlu, ajak pasangan sang anak ke rumah agar dapat mengetahui lebih jelas mengenai kepribadian, latar belakang keluarga, dan sebagainya.
- Ajarkan anak mengelola emosi
Di usia remaja, emosi anak cenderung masih belum stabil. Bantu anak dalam mengelola emosinya (anger management) dan ajari cara berkomunikasi yang baik. Ada baiknya kita mengikuti anak di media sosial untuk mengetahui kondisi mereka seperti ketika anak curhat di status media sosialnya.
- Jadi pendengar yang baik bagi anak
Jadilah teman bagi anak yang mampu mendengar dan menjadi top-of-mind anak ketika mereka sedang menghadapi masalah, atau membutuhkan nasihat. Jangan menghakimi atau justru menertawakan perasaannya yang dapat berakibat buruk terhadap hubungan komunikasi orang tua dan anak.
“Jika merasa kesulitan untuk memulai pembahasan tersebut, maka menonton film bertema keluarga atau bertema romantis bersama anak dapat menjadi pintu masuk untuk memulai diskusi. Jelaskan bahwa jatuh cinta ke lawan jenis itu wajar dan normal bahkan merupakan anugerah sang pencipta. Intinya adalah terus membangun komunikasi dan keterbukaan dengan anak,” tutup Anil.