Dr. Laely Indah Lestari Raih Gelar Doktor Tercepat Fikom Unpad

Dr. Laely Indah Lestari Raih Gelar Doktor Tercepat Fikom Unpad

Risetnya mengangkat model komunikasi “Tanah–Tangan–Tutur” untuk warisan budaya nusantara

Jakarta– Dunia akademik Indonesia kembali mencatat prestasi gemilang. Laely Indah Lestari resmi menyandang gelar Doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Padjadjaran setelah mempertahankan disertasinya dalam Sidang Promosi Doktor yang digelar Kamis (27/11). 

Ia meraih IPK sempurna 4,0, menyelesaikan studi hanya dalam 2 tahun 2 bulan, dan dinyatakan lulus dengan predikat Summa Cum Laude, menjadikannya salah satu lulusan doktor tercepat, dan terbaik dalam sejarah Program Doktor Fikom Unpad.

Prestasi tersebut semakin istimewa karena Laely merupakan mahasiswa jalur fast track S2–S3. Ia menyelesaikan pendidikan S2 hanya dalam 1 tahun 1 bulan, sambil secara paralel menempuh pendidikan doktoral yang juga ia rampungkan dalam waktu sangat singkat. Baik program magister maupun doktoral dituntaskannya dengan IPK 4,0 dan predikat Summa Cum Laude, menunjukkan konsistensi akademik dan dedikasi luar biasa dalam penelitian dan pengembangan ilmu komunikasi.

Dalam risetnya, Laely merumuskan model komunikasi budaya Tanah-Tangan-Tutur, sebuah kerangka baru yang dinilai dapat mengubah cara Indonesia memahami dan mengelola warisan budaya. 

Model ini menegaskan bahwa budaya bukan sekadar artefak pariwisata, tetapi ekologi makna yang terbentuk melalui tiga dimensi utama yani tanah sebagai nilai kosmologis, tangan sebagai tindakan budaya yang embodied, serta tutur sebagai narasi dan ritus yang menjaga kesinambungan identitas. Temuan ini memperoleh pujian tinggi dari para penguji karena menawarkan paradigma komunikasi berbasis epistemologi lokal Nusantara yang selama ini belum terpetakan secara konseptual.

Disertasi berjudul “Tanah, Tangan, dan Tutur: Etnografi Komunikasi Representasi Budaya dalam Ekosistem Pariwisata Tenun Ikat Sumba Timur” mengungkap bahwa tenun ikat bukan hanya komoditas pariwisata, tetapi juga instrumen diplomasi budaya dan medium representasi identitas masyarakat Sumba Timur. Laely menunjukkan bagaimana komunikasi antara penenun, tokoh adat, wisatawan, pemerintah daerah, dan media membentuk arus komunikasi sirkular yang menentukan hidup-matinya makna budaya di tengah globalisasi.

Prestasi akademik ini memperoleh apresiasi luas dari para guru besar yang hadir dalam sidang. Mereka menilai penelitian Laely sebagai kontribusi strategis bagi pengembangan pariwisata berbasis budaya, pelestarian warisan budaya takbenda, serta penyusunan kebijakan komunikasi di tingkat daerah maupun nasional.

Laely berharap model komunikasinya dapat digunakan oleh pemerintah, akademisi, komunitas budaya, dan pelaku pariwisata untuk menyusun strategi komunikasi budaya yang lebih etis, inklusif, dan berbasis nilai. “Budaya kita kaya, tetapi membutuhkan kerangka komunikasi yang kuat. Tanah–Tangan–Tutur adalah upaya saya untuk menghadirkan kerangka itu,” ujarnya.

Spread the love

Related post