Na Willa, Film dengan Kisah Keluarga di Era 1960-an Siap Digarap

Na Willa, Film dengan Kisah Keluarga di Era 1960-an Siap Digarap

Jakarta-  Setelah sukses lewat film Jumbo, Visinema Studios resmi mengumumkan proyek layar lebar terbarunya berjudul Na Willa. Film ini diadaptasi dari buku karya Reda Gaudiamo, yang telah menjadi bacaan favorit lintas generasi.

Film ini menjadi kolaborasi kedua dari trio kreatif di balik Jumbo yakni sutradara dan penulis naskah Ryan Adriandhy, produser Anggia Kharisma, dan Novia Puspa Sari, yang kini kembali bersatu untuk menghadirkan karya baru dengan semangat yang sama, namun dalam medium yang berbeda. 

Jika Jumbo membawa keajaiban animasi keluarga ke layar, maka Na Willa hadir dalam format live action, menampilkan kisah keluarga Indonesia yang jujur, hangat, dan penuh warna.

Disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Ryan Adriandhy dalam debut film live action perdananya, Na Willa menghadirkan potret Indonesia di era 1960-an yang artistik, dilihat dari mata seorang perempuan berusia 5 tahun bernama Na Willa. Film ini dibintangi oleh pendatang baru Luisa Adreena sebagai Na Willa,  Irma Rihi sebagai Mak, dan Junior Liem sebagai Pak.

Merayakan Masa Kecil dari Penulis Reda Gaudiamo

Adaptasi Na Willa dikerjakan dengan restu penuh dari penulis aslinya, Reda Gaudiamo, yang menyampaikan dukungannya melalui video khusus dalam acara peluncuran. “Saat tahu bahwa Visinema tertarik untuk memfilmkan Na Willa dalam bentuk live action, saya merasa sangat senang, bangga, dan terharu. Saya tahu Na Willa berada di tangan yang tepat, tangan-tangan yang mencintai Na Willa dan itu terasa kehangatannya. Terima kasih kepada seluruh teman-teman di Visinema yang sudah memberikan begitu banyak pada Na Willa. Saya berharap film ini menjadi karya yang bisa dinikmati oleh teman-teman kecil maupun besar, seperti halnya buku Na Willa yang sudah menemani banyak pembaca,” ujar Reda dengan sepenuh hati.

Chief Content Officer Visinema Studios dan Produser Na Willa, Anggia Kharisma menjelaskan bahwa Na Willa menjadi langkah penting dalam perjalanan kreatif setelah Jumbo. “Bagi kami, Na Willa bukan sekadar film, tapi sebuah ruang untuk kembali merayakan kehangatan keluarga, tempat di mana tawa, air mata, dan percakapan kecil menjadi bagian dari perjalanan tumbuh bersama.”

Anggia menambahkan, inspirasi Na Willa datang dari banyak hal, dari Jawa dan unsur Tinghoa yang begitu kental dalam kisahnya. Kami berangkat dari kejujuran dan keberagaman itu sendiri. Seperti yang tadi disampaikan, di dalam buku ini tidak pernah ada momen ketika nama seseorang dijadikan bahan tertawaan atau dipanggil secara berbeda untuk diejek, semua hadir apa adanya.

“Visinema percaya bahwa film keluarga bukan hanya hiburan, tapi juga cara untuk menyentuh hati, menumbuhkan empati, dan mengingatkan kita pada makna menjadi manusia. Melalui Na Willa, kami ingin mengajak penonton melihat dunia melalui mata anak-anak, sederhana, jujur, dan penuh rasa ingin tahu, sebagai pengingat bahwa cinta selalu menjadi bahasa yang menyatukan semua generasi.”

Dari Mimpi Sutradara hingga Kasih Mak di Na Willa

Sutradara dan penulis naskah Ryan Adriandhy menyebut Na Willa sebagai proyek impian yang telah ia bayangkan sejak lama.

“Saya sudah jatuh cinta dengan karakter Na Willa sejak pertama kali membaca novelnya yang penuh kejujuran dan kesederhanaan yang luar biasa. Selama bertahun-tahun saya membayangkan bagaimana dunia Na Willa bisa hidup di layar — cara pandang seorang anak terhadap dunia, warna-warni 60-an, hingga musiknya. Saya telah memperjuangkan proyek ini sejak lama, dan akhirnya bisa mewujudkannya bersama Anggia dan Novi serta direstui Ibu Reda Gaudiamo adalah sebuah mimpi yang jadi kenyataan,” ungkap Ryan.

Pemeran Mak, Irma Rihi yang sebelumnya berperan di Women from Rote Island mengatakan, “Mak selalu mengingatkan saya pada sosok ibu yang cinta kasihnya begitu besar, terasa kuat di luar, namun penuh kelembutan di dalam. Ia menuntun anaknya memahami dunia yang kadang terasa keras dan tidak adil, sambil tetap melindunginya dengan sepenuh kasih. Semoga film ini bisa membawa penonton merasakan kembali hangatnya pelukan seorang ibu.”

Sementara itu, antusiasme juga diutarakan oleh teman yang sudah lama menemani perjalanan Na Willa Inez Sumule, seorang guru di Sekolah Kembang yang membawa Na Willa ke sekolah tersebut. “Saya sangat senang mendengar Na Willa akan diangkat ke layar lebar. Ada begitu banyak hal menarik dalam bukunya, dan saya ingin melihat bagaimana kisah itu diterjemahkan menjadi visual di film.”

Produser Novia Puspa Sari menjelaskan bahwa Na Willa menjadi proyek yang istimewa karena memadukan kekuatan cerita dengan dunia visual yang kaya.

“Membangun dunia Surabaya tahun 60-an menjadi tantangan yang seru sekaligus menyenangkan, dari desain set hingga nuansa warna yang penuh karakter,” ujar Novia. “Kami juga membangun kedekatan para pemain agar kehangatan keluarga Na Willa terasa tulus dan hidup di layar.”

“Kami berharap semoga Na Willa bisa bertemu keluarga Indonesia di momen Lebaran tahun depan dan mungkin, membawa kita semua pada masa kecil yang sederhana dan penuh cinta,” ujar Novia.

Spread the love

Related post