Sejauh Mata Memandang, Merek Lokal yang Lestarikan Budaya dan Lingkungan

ilustrasi

Sejauh Mata Memandang, Merek Lokal yang Lestarikan Budaya dan Lingkungan

Chitra Subyakto bersama Arya Dipa mendirikan label fesyen bernama Sejauh Mata Memandang (SMM) pada 2014. Selama tujuh tahun perjalanannya, mereka menjadikan merek ini sebagai media untuk melestarikan budaya dan lingkungan.

Pelestarian budaya mereka lakukan dengan menciptakan motif batik sendiri. Koleksi pakaian SMM menggunakan motif batik yang Chitra desain. Jika dilihat sekilas, mungkin sebagian orang tidak akan mengira kalau koleksi pakaian mereka memakai motif batik karena tidak seperti batik klasik.

Inspirasi desain motif batik Chitra berasal dari hal-hal kecil yang dapat dijumpai di lingkungan sehari-hari. Misalnya, ayam, bunga, bambu, ladang rumput laut, dan jalan melingkar Semanggi. Chitra memang ingin menghadirkan desain batik yang tidak konvensional agar bisa menarik perhatian anak muda.

Bagi Chitra, menciptakan desain batik yang unik dan modern merupakan sebuah upaya untuk regenerasi batik. Ia ingin anak-anak muda tidak menganggap batik itu kaku dan kuno. Sebaliknya, Chitra ingin para generasi muda menyukai batik, baik untuk menciptakan maupun untuk mengenakan.

“Supaya batik terus dikerjakan oleh generasi yang lebih muda lagi agar tetap terjaga dan tidak pernah hilang. Karena batik adalah salah satu budaya yang perlu dijaga dan tetap ada,” ujarnya, seperti dilansir dari kompas.com (2/10/2020).

Dalam menciptakan koleksi SMM, Chitra merangkul para perajin kain tradisional untuk membuat produk-produknya secara handmade. Dirinya ingin membantu para perajin ini agar bisa bertahan di tengah arus fesyen massal. Ia melibatkan para perajin dari Jawa, Bali, dan Sumba.

Koleksi Sejauh Mata Memandang diluncurkan dua kali dalam setahun, yaitu koleksi Musim Rintik dan koleksi Musim Rantau. Semua koleksinya bertemakan Indonesia. Beberapa koleksi yang pernah diluncurkan antara lain Algae Series yang terinspirasi dari pemandangan rumput laut di Bali, Timun Mas yang terinspirasi dari cerita dongeng rakyat Indonesia, dan Daur yang merupakan koleksi ramah lingkungan.

Label ramah lingkungan

Chitra dan Arya menjadikan SMM sebagai brand lokal yang tidak hanya melestarikan budaya tetapi juga ramah lingkungan. Bagi Chitra, SMM merupakan media untuk menyampaikan pesan cintanya kepada lingkungan.

“SMM adalah pesan cinta kami terhadap Indonesia dan bumi. Kami mencoba lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan, memberdayakan masyarakat dan mengangkat kekayaan wastra Indonesia, dan mengemasnya ke dalam hidup sehari-hari,” ucap Chitra, seperti dikutip dari fimela.com (24/11/2020).

Salah satu upaya yang mereka lakukan dalam melestarikan lingkungan adalah meluncurkan koleksi yang terbuat dari sisa kain perca. Kain perca ini diambil dari sisa koleksi Sejauh Mata Memandang sebelumnya.

“Jadi, patch work. Kedua, kami menggunakan sampah tekstil sisa dari konfeksi-konfeksi di pulau Jawa. Sampah ini kami proses menjadi benang dan dibawa ke desa untuk ditenun kembali menjadi kain,” kata Chitra.

Upaya lain yang Chitra dan tim lakukan adalah menyelenggarakan pameran fesyen dengan tema cinta lingkungan. Berbeda dengan merek fesyen lainnya yang umumnya memperkenalkan koleksi baru lewat penyelenggaraan fashion show, Sejauh Mata Memandang memperkenalkan koleksi mereka lewat pameran yang biasanya berlangsung selama beberapa bulan.

Salah satu tema pameran yang pernah diangkat oleh Sejauh Mata Memandang adalah “Sayang Sandang, Sayang Alam”. Dalam pameran tersebut, masyarakat diajak untuk ambil bagian dalam mengurangi polusi tekstil dengan menyumbangkan pakaian layak pakai. Nantinya pakaian ini akan disumbangkan atau didaur ulang.

Menurut Chitra, pameran ini ingin menumbuhkan kesadaran pada masyarakat bahwa sampah tekstil merupakan salah satu penyumbang polusi terbesar. Padahal, 90 persen barang fesyen masih bisa dimodifikasi dan didaur ulang. Selama sebulan, pameran ini berhasil mengumpulkan lebih dari 35 ribu pakaian. Sebanyak 19 ribu pakaian yang masih layak pakai mereka donasikan dan diolah menjadi produk kain. Sementara pakaian yang sudah tidak layak pakai akan mereka daur ulang.

Tahun ini, Sejauh Mata Memandang kembali mengadakan pameran serupa dengan tajuk “Bumi Rumah Kita”. Di pameran kali ini, mereka tak hanya mengajak masyarakat untuk mengolah sampah tekstil saja, tetapi sampah secara keseluruhan. Pengunjung pameran bisa memasukkan sampah seperti styrofoam, kantong plastik, botol plastik, bubble wrap, sachet, makanan kaleng, aluminium, sampah produk kecantikan, sampah tekstil, dan kemasan kaleng ke area dropbox yang telah disediakan. Sampah-sampah itu akan di-upcycle dan recycle.

Beberapa upaya pelestarian lingkungan lain yang pernah dilakukan Sejauh Mata Memandang adalah mendukung gerakan bebas plastik dan mendonasikan sejumlah pohon. Tepatnya, mereka mendonasikan 2.400 batang pohon untuk restorasi wilayah koridor gajah di Aceh Timur. Dengan membeli satu baju Sejauh Mata Memandang, konsumen telah berkontribusi terhadap penyelamatan lingkungan dengan ikut menanam satu pohon di Hutan Lindung Leuser, Aceh.

Pesan dari Chitra: “Kita di Bumi bagaikan bertamu, jadi harus sopan dan sadar diri”. Setuju?

***

Penulis: Rizanto Binol (Brand & Reputation Senior Advisory Kinanti Consultant)

Sumber visual: suara.com 

Spread the love

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *