Organisasi Perempuan ‘Tertua’ Lestarikan Kebudayaan

Organisasi Perempuan ‘Tertua’ Lestarikan Kebudayaan

Berbagai daerah di Indonesia memiliki warisan budaya yang berbeda-beda dan unik. Sebut saja angklung, kapal pinisi, tari saman, pencak silat dan sebagainya. Sebagian warisan budaya sudah masuk ke dalam daftar UNESCO.

Salah satu daerah yang memiliki kebudayan yang patut dilestarikan adalah Surakarta. Kota tersebut merupakan kampung dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Kota yang kerap dijuluki Kota Batik ini sarat akan kebudayaan. Dengan semboyan The Spirit of Java, Surakarta memiliki kebudayaan yang wajib dilestarikan, keraton Surakarta misalnya.

Kota Solo memang terkenal dengan ragam peninggalan kebudayaannya, salah satunya yang paling besar yaitu keraton Surakarta. Berbagai tradisi asli Solo pun masih sering diselenggarakan di tempat ini hingga sekarang.

Selain menjadi tempat tinggal bagi Sri Sunan, komplek Keraton Surakarta juga digunakan sebagai museum untuk menyimpan koleksi milik kasunan seperti hadiah dari para raja-raja Eropa hingga gamelan dan replika pusaka keraton.

Wisatawan juga bisa mengunjungi salah satu area museum yang patut dikunjungi, salah satunya Sumur Songo. Konon, sumur itu dianggap berkhasiat setelah diberi doa dari Paku Buwono IX.

Selain Keraton Surakarta, terdapat pula Kampung Batik Laweyan. Kawasan sentral batik di Solo yang sudah berdiri sekitar 400-an tahun yang lalu.

Kampung ini sudah ada sejak tahun 1546 di zaman Kerajaan Pajang. Uniknya sampai dengan saat ini masyarakat Laweyan masih banyak yang menekuni batik sebagai mata pencaharian mereka.

Ada pula museum Danar Hadi. Museum di Solo ini berisikan koleksi batik Danar Hadi dan berbagai koleksi batik dari manca negara lainnya seperti Batik China, batik Jawa Hokokai, batik asli Keraton, batik pesisir hingga batik Sumatera.

Ada sekitar 1000 kain batik tersimpan di museum ini dan jumlah tersebut sudah mendapatkan pengakuan dari MURI (Museum Rekor Indonesia).

Tempat wisata berikutnya ada unsur sejarahnya yaitu Benteng Vastenburg. Benteng ini didirikan pada zaman Hindia Belanda pada tahun 1774 sampai 1779. Tapi, gerbang benteng ini tidak buka setiap hari, benteng ini dibuka hanya ketika ada acara saja. Tapi, kamu tetap bisa berkunjung kesini untuk melihat dan berfoto dengan background benteng.

Tidak jauh dari Benteng ini juga ada Gedung Joeang 45, disini juga kamu bisa dengan bebas berfoto di area sekitar Gedung. Gedung ini didesain bernuansa gaya eropa. Benteng Vastenburg ini terletak di Kawasan Gladak, Surakarta.

Tak hanya itu, ada pula Ngarsopuro. Sebuah kawasan ditata secara artistik di Jalan Diponegoro, di depan Pura Mangkunegaran.

Selain kebudayaan, wisata kuliner pun menjadi pilihan bagi wisata di Surakarta. Sebut saja Timlo. sup berkuah kaldu bening yang disajikan dengan daging ayam suwir, hati dan ampela, sosis solo, dan potongan telur pindang.

Sebelum Covid-19, masyarakat rela antre untuk mencicipi kuah segar dari masakan ini. Selain itu, ada pula kuliner sate buntel. Sate ini merupakan daging kambing cincang yang dibuntel (bungkus) dengan lemak kambing yang kemudian dibakar.

Presiden Joko Widodo juga menyukai kuliner satu ini. Berlokasi di Jalan lojiwetan, Jokowi sudah jadi pelanggan tetap warung tersebut.

Malaikat penjaga kebudayaan

Warisan budaya akan sirna jika tidak dilestarikan dan tidak dijaga. Bisa saja, generasi selanjutnya tidak menikmati warisan kebudayaan di kemudian hari.

Untuk itu, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga warisan budaya dan melestarikannya.

Di Surakarta, ternyata ada organisasi perempuan yang menjaga dan melestarikan kebudayaan di wilayah itu. Organisasi itu ternyata lahir sejak masa kejayaan Paku Buwono X.

Organisasi yang lahir pada 1931 itu, bertujuan untuk untuk melestarikan budaya Mataram, terutama yang bersumber dari ke Surakarta.

Bernama ‘Putri Narpo Wandowo’ organisasi itu terus regenerasi untuk tetap mempertahankan kebudayaan Keraton Kasunanan Surakarta.

“Sesuai perintah Paku Buwono X, organisasi tersebut bergerak di bidang budaya. Terlebih dilahirkan dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat,” imbuh Humas ‘Putri Narpowandowo’, GKR. Wandansari Koes Moertiyah.

Ia berharap, organisasi itu bisa terus melanjutkan amanat dari Paku Buwono X dan bisa dilanjutkan generasi muda saat ini.

***

Kredit visual: infobudaya.net

Spread the love

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *