Industri Hilir dan Transisi Ekonomi Hijau di Indonesia Menjadi Kunci Untuk Memanfaatkan Peluang
PUAN.CO.ID– UOB Indonesia menyatakan bahwa pengembangan industri hilir dan transisi menuju perekonomian hijau di Indonesia akan menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan dan menciptakan peluang.
Strategi ini akan membantu meningkatkan nilai tambah perekonomian nasional, mendukung tujuan-tujuan terkait pelestarian lingkungan, serta menciptakan lapangan kerja untuk pertumbuhan jangka panjang. UOB Indonesia memperkirakan bahwa produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan tumbuh menjadi 5,1 persen pada tahun 2023 dan 5,2 persen pada tahun 2024 di tengah meningkatnya tantangan global.
UOB Indonesia menyampaikan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada acara tahunan UOB Gateway to ASEAN Conference 2023 yang diadakan pada hari ini di Jakarta. Dengan mengusung tema “ASEAN Forging Ahead”, UOB Indonesia mempertemukan para pemimpin bisnis, nasabah, serta mitra dari Indonesia serta negara ASEAN lainnya, Hong Kong, Taiwan, dan Tiongkok Raya, bersama dengan pejabat pemerintah. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartarto membuka acara dengan sambutan khusus. Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN Satvinder Singh serta Deputy Chairman and Chief Executive Officer, UOB, Wee Ee Cheong, juga turut hadir dalam acara tersebut dan memberikan sambutannya. Lebih dari 600 peserta menghadiri acara tahunan UOB tersebut.
Di tengah kondisi perdagangan global yang sarat akan tantangan, ASEAN telah menunjukkan kinerja yang sangat baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Kondisi makroekonomi dan posisi fiskal di kawasan menjadi stabil berkat pengelolaan tata kelola yang baik dan kerja sama yang kuat antar negara anggota.
Hal ini menciptakan posisi yang menguntungkan bagi ASEAN yang dapat mengkonsolidasikan rantai pasokan global dari berbagai industri berskala global sehingga dapat menjadi basis produksi utama. Dalam menyongsong masa depan, ASEAN harus memperkuat bisnis dan arus perdagangan di kawasan. Berdasarkan arahan tersebut, ekspor tahunan ASEAN diperkirakan akan tumbuh hampir 90 persen menjadi US$3,2 triliun pada tahun 2031.
Wee Ee Cheong, Deputy Chairman and CEO UOB, mengatakan, “Di UOB, tujuan kami adalah berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi ASEAN dan pertumbuhan berkelanjutan. Kami memiliki jangkauan yang luas di pasar-pasar utama ASEAN dan perwakilan yang kuat di Tiongkok Raya. Kami siap melayani kebutuhan di kawasan ini.
“UOB memiliki rekam jejak yang terbukti dalam membantu perusahaan memasuki pasar baru di ASEAN, melalui layanan konsultasi serta jaringan lokal yang mapan. Sebagai contoh, di Indonesia, kami telah mendukung sekitar 100 perusahaan untuk berekspansi ke negara ini dalam dua tahun terakhir. Perusahaan-perusahaan tersebut telah berkomitmen untuk berinvestasi sekitar S$12 miliar di Indonesia dan berencana menciptakan 15.000 lapangan kerja di sini,” kata Wee.
Seiring dengan Keketuaan ASEAN tahun ini, Indonesia diharapkan dapat mendorong perekonomian kawasan kedepannya. Hal ini didukung oleh upaya konsisten pemerintah Indonesia dalam melakukan reformasi struktural secara luas untuk menciptakan lingkungan bisnis yang baik dan menarik lebih banyak investor asing. Contoh dari perkembangan signifikan ini adalah upaya berkelanjutan yang dilakukan Indonesia dalam membangun aktivitas pemrosesan dalam negeri untuk industri hilir dan transisi energi ramah lingkungan yang akan menciptakan nilai lebih bagi perekonomian.
Hendra Gunawan, Presiden Direktur UOB Indonesia mengatakan, “Di tengah ketidakpastian global, kami optimis Indonesia akan terus tumbuh seiring dengan melonjaknya investasi asing, terutama di industri logam dasar. Hal ini akan mendorong aktivitas perdagangan dan permintaan dalam negeri. Di UOB, kami berperansebagai katalis dan penggerak, antara pemerintah, regulator, investor, dan masyarakat luas dalam rangka menciptakan pertumbuhan bagi Indonesia dan ASEAN. Bersama dengan komitmen jangka panjang UOB Group di kawasan, kami terus membantu bisnis untuk mencapai potensi yang maksimal dan menavigasi tantangan dengan memberikan solusi yang lebih baik.”
Sebagai upaya untuk mempercepat pertumbuhan, Indonesia harus mengatasi tantangan iklim yang menyertai pertumbuhan ekonomi, seperti urbanisasi yang pesat, risiko-risiko terkait lingkungan, serta pertumbuhan jumlah penduduk. UOB Indonesia mendukung komitmen pemerintah Indonesia dalam upaya transisi energi untuk mengurangi emisi sebesar 29 persen pada tahun 2030 dan mencapai emisi net-zero pada tahun 2060.
Enrico Tanuwidjaja, Ekonom Senior UOB mengatakan, “Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan bonus demografi yang paling menjanjikan, Indonesia tetap menjadi pintu gerbang strategis untuk membuka potensi perekonomian di kawasan. Hal ini disebabkan oleh keunggulan iklim investasi di tanah air. Indonesia merupakan basis manufaktur alternatif yang kompetitif dan sekaligus memiliki konsumsi dalam negeri yang kuat. Ada lima bidang utama yang menurut kami perlu direformasi, yaitu transisi energi, industri hilir, optimalisasi infrastruktur, pemanfaatan teknologi, dan pengembangan ibu kota baru. Reformasi ini akan memungkinkan Indonesia mencapai tingkat output perekonomian yang lebih tinggi dengan cara yang lebih berkelanjutan dan jangka panjang.”