Perempuan dan Tabunya Negosiasi Upah Kerja
Organisasi Buruh Internasional (ILO) mencatat adanya kesenjangan upah antara pekerja laki-laki dan perempuan. Secara global, ada kesenjangan upah pekerja sekitar 16 persen di antara kedua gender ini dalam pekerjaan yang setara. Padahal, data World Economic Forum menyebut rata-rata waktu bekerja perempuan 39 hari lebih banyak dari pria.
Pada Juli 2020, ILO menyatakan bahwa karyawan perempuan menerima pendapatan 23 persen lebih rendah dari pria. Data ini menyedihkan karena lebih banyak pekerja perempuan yang punya gelar sarjana dibandingkan laki-laki.
Selain itu, kurang dari 50 persen pekerja perempuan adalah profesional dan 30 persen mereka menduduki posisi manajer. Dalam kedua posisi tersebut, perempuan tetap dibayar kurang dari laki-laki.
Kesenjangan upah tersebut dinilai sebagai akibat dari ketidaksetaraan gender yang sering terjadi di dunia kerja. Alasan lainnya adalah perempuan masih merasa sungkan dan tabu dalam negosiasi pembayaran upah kerja.
Studi berjudul “Inequality at Work: The Effect of Peer Salaries on Job Satisfaction” menemukan bahwa keterbukaan gaji bisa menjadi jalan keluar dari perbedaan pembayaran upah karyawan perempuan dan laki-laki. Peneliti meraih kesimpulan bahwa pekerja dengan gaji di bawah rata-rata akan cenderung berubah haluan dan mencari tempat kerja baru.
Survei Glassdoor pernah menemukan bahwa 68 persen dari perempuan milenial tidak tahu bagaimana melakukan negosiasi gaji. Mereka merasa segan dan tidak meminta bayaran lebih dan sepantasnya dari upah yang ditawarkan. Hanya 10 persen responden perempuan yang berhasil melakukan negosiasi pembayaran kerja.
Untuk perempuan, sebenarnya bagaimana cara negosiasi upah pembayaran gaji yang tepat? Berikut ini ada beberapa cara yang dapat dipertimbangkan.
Konsultan Kepemimpinan Dana White pernah berpendapat bahwa bernegosiasi untuk pendapatan itu harus memikirkan mengenai apa yang bisa didapatkan dan apa yang perusahaan bisa berikan. Dalam posisi ini, karyawan perempuan bisa mengutarakan pembayaran yang pantas didapatkan.
Hal utama yang harus dilakukan adalah bekali diri dengan informasi sebanyak-sebanyak. Riset standar besaran gaji pada posisi yang diincar, sekaligus pertimbangkan dengan gaji terakhir pada perusahaan sebelumnya.
Saat ini sebenarnya sangat mudah untuk mengetahui upah umum suatu posisi. Banyak situs web yang menawarkan pelayanan dan data pada orang-orang yang membutuhkan. Website seperti ini biasanya menyediakan ukuran standar gaji dan belum tentu yang sebenarnya. Namun, angka yang didapat bisa menjadi referensi bagi calon pekerja.
American Psychological Association (APA) menyebutkan bahwa proses negosiasi gaji membutuhkan keterampilan yang rumit. Maka, dibutuhkan pengetahuan dan bukti apakah seseorang benar-benar layak untuk mendapatkan angka yang diminta.
Manfaatkan teman-teman dan gali informasi lebih akurat tentang posisi tersebut. Dari informasi ini, barulah dapat ditarik kesimpulan tentang kisaran pembayaran karyawan. Perempuan juga harus percaya diri untuk mempertahankan hasil riset ini.
Percayalah bahwa negosiasi gaji itu sebenarnya bukan soal gender, perempuan atau laki-laki. Namun, soal pengalaman dan kemampuan kerja yang dimiliki. Perempuan bisa lebih yakin bahwa sebagai pekerja sudah punya kredibilitas serta pengalaman yang mumpuni. Pelajari apakah benar-benar kemampuan kerja yang dimiliki cocok dengan pekerjaan yang dituju selanjutnya.
Pastinya, jangan terburu-buru menolak atau menerima upah yang ditawarkan oleh perusahaan. Lihat juga tunjangan yang diberikan oleh perusahaan tujuan. Tunjangan termasuk upah tambahan saat perjalanan dinas, jumlah cuti, asuransi kesehatan pekerja dan keluarga, insentif, hingga bonus tahunan. Kompensasi yang diberikan perusahaan bisa menjadi jalan lain untuk mendapatkan kesejahteraan yang adil.
Di sisi lain, saat negosiasi gaji, perempuan juga harus memahami kekurangan yang dimiliki. Ini untuk merencanakan perbaikan apa yang bisa dilakukan saat bekerja. Selain itu juga menjadi antisipasi poin negatif yang akan diangkat oleh perusahaan yang dituju.
Proses negosiasi gaji memang sebaiknya mengambil waktu yang tidak sebentar. Terlebih jika melamar pekerjaan dengan kemampuan yang sedikit langka. Banyak aspek yang harus dipikirkan terutama kesejahteraan bagi pekerja itu sendiri. Maka, pikirkanlah masak-masak kebutuhan yang diinginkan.
Bagaimana pun, gaji adalah balasan sepadan atas kontribusi dan sumbangsih karyawan terhadap perusahaan. Negosiasi gaji memang sebaiknya dilakukan di awal penerimaan kerja. Pasalnya, kenaikan gaji tahunan bisa jadi tidak akan sesuai yang diharapkan. Rata-rata perusahaan memberikan minimal 3 persen dan maksimal 15 persen kenaikan upah karyawan. Makanya, perempuan jangan sungkan untuk negosiasikan hakmu!
(Tsamara A – Anggota Perempuan Indonesia Satu)
Sumber visual: republika.co.id