Pratiwi Pudjilestari Sudarmono (IG)
Pratiwi Pudjilestari Sudarmono, Astronot Perempuan Pertama di Indonesia
Pada saat Anda kecil, pertanyaan tentang cita-cita mungkin biasa Anda dengar. Presiden, dokter, polisi, hingga astronot menjadi jawaban yang sering dilontarkan anak-anak ketika diberi pertanyaan tersebut. Nah, membahas tentang astronot, ada sosok wanita astronot pertama asal Indonesia. Kala itu dan bahkan hingga kini, sosoknya menjadi inspirasi banyak orang, terutama perempuan untuk menekuni bidang yang sama.
Nama Pratiwi Pudjilestari Sudarmono selamanya terukir sebagai astronot perempuan pertama di Indonesia. Meski, nasib membuatnya batal berangkat ke luar angkasa pada 1986 karena program pesawat ulang-alik Amerika dihentikan sementara. Pasalnya, pesawat ulang-alik Challenger meledak mendadak.
Ilmuwan yang mewakili Indonesia dalam kerjasama dengan National Aeronautics and Space Administration (NASA), lembaga antariksa Amerika Serikat, ini rencananya pergi ke luar angkasa dengan pesawat ulang-alik Columbia pada 24 Juni 1986. Namun, misi itu dibatalkan karena pesawat Challenger meledak pada 28 Januari 1986, dalam waktu 73 detik setelah diluncurkan. Saat itu, pesawat baru berada di ketinggian 15 kilometer.
Meski saat itu kariernya dihadapkan dengan berbagai tantangan, semangatnya berjuang dalam menekuni bidangnya menjadi pelajaran berharga bagi wanita masa kini. Peraih gelar doktor bidang biologi molekuler dari Universitas Osaka ini menuturkan, kesempatan untuk melihat bumi dari kejauhan menarik minat banyak kalangan di Indonesia.
Ketika Indonesia dapat kesempatan mengirim wakil untuk naik pesawat ulang-alik bersamaan dengan peluncuran satelit Palapa, semua menyambut gembira. Kementerian Riset dan Teknologi bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mendiskusikan siapa orang yang tepat untuk diberangkatkan.
Universitas Indonesia meminta Pratiwi turut serta memasukkan proposal penelitian. Waktu itu dia diminta, karena memang kalau tidak diminta, menurutnya, tidak akan ada yang mengerjakan. Setelah penelitiannya disetujui, Pratiwi pun didorong untuk mendaftarkan diri. Dorongan itulah yang menjadi cikal bakal peristiwa Pratiwi jadi astronot perempuan pertama dari Tanah Air.
Pratiwi berpikir, ke luar angkasa sesuatu yang sangat menantang waktu itu. Namun demikian, Pratiwi tidak menyerah dan juga semangat karena adanya dorongan dari banyak pihak dan izin keluarganya.
Penelitian yang diusulkan oleh Pratiwi adalah riset untuk melihat ketahanan fisik manusia di luar angkasa. Riset itu di latarbelakangi cita-cita NASA menempatkan koloni manusia di luar angkasa. Butuh riset percobaan demi memahami bagaimana cara makhluk bisa hidup di luar angkasa.
Ilmuwan ingin memahami apa saja yang dibutuhkan kalau kelak ada kebutuhan untuk memindahkan sebagian makhluk bumi ke luar angkasa. Salah satu nilai tambah yang membuat penelitian Pratiwi disetujui adalah karena penelitiannya tidak membutuhkan alat besar yang bisa memakan ruangan di pesawat ulang-alik. Palapa B-3 juga merupakan satelit Indonesia.
Karena itu pemerintah merasa perlu memberangkatkan astronot sendiri. encananya Pratiwi akan menjadi payload specialist, atau kru yang mengoperasikan satelit Palapa B-3 dalam misi tersebut. Untuk astronot cadangan, ditunjuk Taufik Akbar yang merupakan engineer dari PT Telkom.
Sayangnya, pesawat Challenger yang akan berangkat menjalankan misi STS-51-L meledak tak lama setelah diluncurkan. NASA pun membatalkan beberapa penerbangan ke luar angkasa. Termasuk rencana Columbia yang akan mengangkut satelit Palapa B-3 milik Indonesia.
Para astronot dalam misi penerbangan itu pun batal berangkat. Satelit B-3 akhirnya diluncurkan dengan roket Delta, tanpa kehadiran astronot dari Indonesia. Setelah itu tak pernah ada lagi rencana Indonesia mengirimkan astronot ke luar angkasa.
Pratiwi Sudarmono meneruskan karirnya sebagai ilmuwan, dan Taufik Akbar juga terus berkarir di PT Telkom. Di sisi lain, sosok Pratiwi Sudarmono yang saat ini masih aktif di dunia penelitian ini menjadi sosok inspiratif bagi kaum wanita di Indonesia.
Dia juga diangkat menjadi Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jasa-jasa dan sumbangsihnya untuk Indonesia tetapi dihargai dan menjadi panutan di bidangnya.
Foto Pratiwi menggunakan pakaian luar angkasa yang dimuat pada halaman depan salah satu koran nasional tahun 1987 menjadi idola bagi anak-anak muda di zaman itu. Pratiwi menjadi contoh bahwa perempuan Indonesia juga bisa dan sah memiliki cita-cita menjadi seorang astronot.
Nama Pratiwi Sudarmono akan selalu dikenang sebagai astronot pertama Indonesia, meski dia tak jadi mengangkasa. Capaian dan prestasi Pratiwi terpilih oleh NASA menjadi tonggak bagi kaum perempuan untuk berani berkiprah. Penelitiannya sekaligus juga mencerminkan kemajuan sains Indonesia.
Pratiwi telah berhasil menjadi perempuan yang mengharumkan nama bangsa di kancah dunia. Tak terkecuali dengan nilai etos kerja dan integritas dalam bidang keilmuan yang digelutinya, sehingga dapat terpilih menjadi calon astronot dalam misi pesawat ulang-alik NASA.
***
(Vina Nazelina – Anggota Perempuan Indonesia Satu)
Kredit visual: Akun IG Pratiwi