Selain Berjiwa Muda, Pemimpin Perlu Memiliki Kriteria Berikut Ini!

Selain Berjiwa Muda, Pemimpin Perlu Memiliki Kriteria Berikut Ini!

Yang muda yang berkarya. Ini bisa jadi motto yang menambah api semangat kaum muda untuk maju dan percaya diri. Terlebih lagi, sejarah mencatat, sederet pemuda pemudi mampu membuktikan kemampuannya dalam memimpin sebuah negara besar.

Kebanyakan pemimpin naik ke tampung kepemimpinan ketika usianya sudah tiga per empat abad. Usia ini dipandang matang untuk sebuah tugas yang maha berat, yakni memimpin negeri.

Meski demikian, kita perlu melihat arus sejarah, yang berkali-kali membuktikan bahwa semangat muda justru menjadi penggerak yang luar biasa. Kemerdekaan Indonesia mungkin tak bisa terjadi secepat itu jika para pemuda tak bergerak “menculik” Soekarno-Hatta.

Mundur lagi ke belakang, para pemuda jua lah yang pertama membulatkan tekad bersama sebagai bangsa yang satu, ketika Sumpah Pemuda dikumandangkan.

Pemuda dalam sejarah dunia

Kontribusi kawula muda juga penting dalam sejarah bangsa-bangsa lain. Ingatkah dengan nama Alexander The Great? Ya, dia termasuk jajaran komandan militer terbesar sepanjang masa. Ketika mulai memimpin pasukan, usianya baru 20 tahun saja.

Setelah menaklukan Kekaisaran Persia, ia kemudian memimpin pemerintahan di sebuah kerajaan yang mencakup tiga benua. Kemenangan tunggal terbesar yang dicapai Alexander adalah pertempuran di Gaugamela atau dikenal sebagai Irak saat ini

Maju ke masa yang lebih modern, ke abad 17. Seorang pemuda bernama William Pittdiangkat sebagai Perdana Menteri Inggris ketika usianya baru beranjak 24 tahun. Saat itu, dia memimpin Inggris mulai tahun 1783.

Selama menjabat sebagai perdana menteri, ada beberapa keberhasilan yang dicapai Pitt. Pertama adalah mengalahkan Prancis pada 1805, memperkenalkan kebijakan pajak penghasilan, dan membuat Undang-undang (UU) persatuan Inggris dan Irlandia.

Pemimpin “zaman now”

Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Kini telah muncul kepala-kepala daerah berusia muda. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) termasuk berusia cukup muda ketika terpilih sebagai presiden, yakni pada umur 53 tahun.

Meski demikian, faktor usia tentu bukan patokan tunggal seseorang bisa menjadi pemimpin yang baik. Pakar psikologi Dr. Nurul Hartini, S.Psi., M.Kes., menyebut gagasan soal kepala daerah atau pemimpin yang ideal, terlebih di era modern ini.

Nurul memberikan kriteria soal sosok pemimpin yang mampu menjawab tantangan dan tuntutan calon kepala daerah di era disrupsi dari kacamata psikologi. Menurutnya,  seorang pemimpin harus menjadi pribadi dengan auto-dynamic response.

Artinya, sosok pemimpin harus mampu beradaptasi dan mengikuti perkembangan era disrupsi dan mampu secara otomatis menjawab tantangan yang ada. Pemimpin seperti ini mampu bergerak dan mengikuti perkembangan dengan cepat sesuai dengan cepat tepatnya era digital disrupsi saat ini.

Perempuan yang juga merupakan Dekan Fakultas Psikologi UNAIR ini mengatakan era modern memerlukan pemimpin yang memiliki kecerdasan intelektual sebagai pribadi-pribadi yang cerdas dan pioner.

Seseorang dengan kemampuan intelektual yang tinggi bisa mengubah tantangan dan perubahan sebagai solusi, bukannya malah menolak dan meluapkan kemarahan.

Kecerdasan emosional

Kriteria kedua adalah memiliki kecerdasan emosional. Seorang pemimpin harus cerdas secara emosi dalam menjawab segala tuntutan agar betul-betul memahami dan membangun empati.

Demikian juga menjadi pribadi dengan kecerdasan sosial yang tinggi. Pemimpin mampu merangkul dan menjadi bagian dari generasi-generasi muda yang bisa beradaptasi secara cepat dengan era disruptif.

Nurul mencontohkan kasus perkembangan transportasi yang difasilitasi teknologi informasi. Beberapa pemimpin menolak karena adanya perubahan pasti tidak akan bisa berkembang cepat. Mereka yang mampu beradaptasi dengan perubahan inilah yang mampu menjawab perubahan.

Seketika, lanjut dia, para supir angkutan umum turun ke jalan. Mereka takut akan kehadiran transportasi online, yang sebetulnya bagian bentuk dari resistensi terhadap perubahan.

Dan kalau kemudian pimpinan itu mendukung, maka sebetulnya pimpinan tersebut tidak mengindikasikan adanya auto dynamic respons, kata Nurul.

Kecerdasan daya juang

Kemudian, yang terpenting lagi adalah kecerdasan daya juang. Secara psikologis, masyarakat butuh keteladanan orang-orang yang mampu membangun optimisme pada semua lapisan yang ada di masyarakat.

Publik tentu tidak ingin ada pemimpin-pemimpin yang loyo, pemimpin-pemimpin yang sambat, pemimpin-pemimpin yang tidak optimis dalam menjawab tantangan. Untuk melengkapi semua kecerdasan tersebut, pemimpin juga harus memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi.

Meski demikian, Nurul mengingatkan, sejatinya perjuangan itu tidak diletakkan pada seorang pemimpin saja, karena masing-masing dari kita adalah pemimpin juga. Ketika seorang pemimpin dipilih, keputusan ini tentu bagian dari suara rakyat.

Oleh karena itu, perubahan di kota atau di manapun itu berada, semuanya ada di tangan masyarakat. Siapapun nanti yang menjadi pemimpin, publik menurut Nurul harus menerima dengan penuh lapang dada dan dengan toleransi yang tinggi.

Spread the love

Related post