Perempuan, TIK, dan Literasi Digital

Perempuan, TIK, dan Literasi Digital

Pandemi Covid-19 membuat peran teknologi dan internet semakin banyak dibutuhkan. Keduanya menjadi jembatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nyaris semua sektor saat ini menggunakan teknologi dan internet sebagai jembatan pelayanannya.

Industri makanan dan minuman banyak yang telah beralih ke pemasaran online. Begitu pula dengan bank yang kini menghidupkan layanan website dan aplikasi untuk menjangkau seluruh nasabahnya di pelosok negeri. Pembelajaran digital juga dipilih sekolah untuk melanjutkan kegiatan pendidikannya.

Keterampilan akan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pun semakin dibutuhkan. Terutama bagi perempuan yang menyandi kaum penyangga kehidupan keluarga selama ini.

“Akses dan keterampilan perempuan dalam TIK menjadi fokus yang harus kita bangun untuk memberdayakan para pengusaha perempuan agar dapat bersaing di masa kini dan masa depan,” kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga dalam Diskusi ISED Series bertema ‘Potensi dan Peran Perempuan di Era Digital” yang digelar oleh Institute of Social Economic Digital (ISED) dan KOWANI pada April lalu.

Menurut Bintang, pemberdayaan dan perlindungan terhadap perempuan dalam TIK harus selalu dimaksimalkan secara berkelanjutan. Hal ini dapat membantu mereka dalam perekonomian dan kegiatan sehari-hari. Literasi digital juga membuat perempuan dapat memanfaatkan TIK dengan lebih optimal dan tahu bagaimana melindungi dirinya.

Secara umum, hasil survei Literasi Digital Nasional 2020 mencatat indeks literasi digital di Indonesia masih berada pada level sedang, yaitu di angka 3,17 poin dengan indikator di angka 1—4. Sementara itu, sub indeks informasi dan literasi data mendapat 3,17 poin; sub indeks komunikasi dan kolaborasi 3,38 poin; sub indeks keamanan 3,66 dan sub indeks kemampuan teknologi di angka 3,66.

Padahal, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di 2020 melihat lonjakan tinggi terhadap penggunaan internet di Indonesia. Dari sekitar 266 juta jiwa penduduk, di antaranya terdapat 196 juta pengguna internet yang aktif. Angka itu meningkat sebanyak 8,9 persen dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 171 juta jiwa pengguna.

Seri Buku Literasi Digital Kerangka Literasi Digital Indonesia secara umum memberikan definisi literasi digital. Hal ini adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengomunikasikan konten/informasi, dengan kecakapan kognitif maupun teknikal.

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam flyer Literasi Digital memberikan penjelasan mengapa literasi digital menjadi penting. Literasi digital menjadi penting karena bisa membuat seseorang mampu untuk:

  • Berpikir kritis, kreatif, dan inovatif;
  • Memecahkan masalah;
  • Berkomunikasi dengan lebih lancar;
  • Berkolaborasi dengan lebih banyak orang.

Adapun manfaat literasi digital adalah sebagai berikut:

  • Menghemat waktu: mencari referensi di internet dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.
  • Lebih hemat biaya: banyak web dan aplikasi gratis di internet yang menawarkan diskon.
  • Memperluas jaringan: menambah teman baru dari berbagai wilayah dan negara melalui media sosial.
  • Membuat keputusan yang lebih baik: mencari tahu dan membandingkan harga sebuah produk melalui internet.
  • Belajar lebih cepat dan efisien: mencari arti kata tertentu menggunakan aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring.
  • Memperoleh informasi terkini dengan cepat: mengetahui kondisi lalu lintas terkini dengan menggunakan aplikasi.
  • Ramah lingkungan: menghemat kertas dengan menggunakan buku elektronik.
  • Memperkaya keterampilan: membuat percobaan sains dengan melihat tutorial yang ada di internet.

Perusahaan internet raksasa Google mengkaji lima pilar literasi digital bagi perempuan, anak-anak, dan kaum yang rentan. Pertama, bagikan informasi dengan hati-hati. Perempuan sebaiknya bisa memisahkan apa saja yang patut dibagikan dan tidak dibagikan di ruang digital. Bagaimana pun, ruang digital sangat terbuka untuk masyarakat umum.

Selain itu, perempuan juga sebaiknya jangan mudah percaya dengan segala hal yang ada di internet
, senantiasa bersikap kritis terhadap apa yang dilihat dan dibaca. Setelahnya, perempuan patut melindungi privasi atau data-data pribadi. Perempuan pun baiknya menjadi netizen yang baik hati dan tidak mudah menilai buruk seseorang. Terakhir, perempuan bisa menjadi netizen yang berani dan bersuara lantang.

Keterampilan TIK untuk perempuan dapat dimulai dari mereka sendiri untuk lebih dalam mempelajari tentang TIK. Literasi TIK juga penting untuk dilakukan. Perempuan bisa lebih terbuka dengan berbagai informasi dan menjadikannya pembelajaran.

Perempuan dapat mengoptimalkan pemanfaatan internet untuk produktivitas pribadi, pembelajaran, dan peningkatan ekonomi keluarga. Perempuan diharapkan dapat belajar dari berbagai referensi media informasi, mengedukasi diri memanfaatkan berbagai literatur yang tersedia.

Ketua DPR Puan Maharani juga pernah menyoroti pentingnya perempuan meningkatkan budaya literasi, khususnya dalam lingkup keluarga. Menurut Puan, dengan literasi, seseorang bisa menyerap banyak ilmu pengetahuan, berpikir kritis, dan meningkatkan kemampuan problem solving.

***

Sumber visual: unsplash.com

Spread the love

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *