Kisah Anak Isoman di Rumah, Orangtua Meninggal Akibat Covid-19
Vino bocah berusia 10 tahun, harus berjuang lepas dari belenggu virus Covid-19 walaupun harus kehilangan kedua orangtuanya akibat Covid-19.
Kisah miris ini justru terjadi saat banyak anak-anak lain merayakan Hari Anak Nasional 2021, terselip kisah pilu anak Indonesia. Adalah
Menurut dari berbagai sumber, orangtua Vino, lina Safitri (31) dan Kino Raharjo (31) meninggal di sebuah fasilitas kesehatan, Rumah Sakit Insan Sendawar, Kutai Barat.
Buah hati satu-satunya, Vino juga terpapar namun tidak bergejala, sehingga Vino menjalani isolasi mandiri di rumah.
Margono salah satu keluarga menceritakan bahwa Ayah Vino, Kino sempat sakit sekitar 10 hari di rumahnya. Awal mulanya, Kino yang yang kesehariannya menjual bakso keliling itu sempat kehujanan saat berjualan.
“Adik saya ini memang ada riwayat tipes. Jadi sebelumnya berjualan pentol, tipesnya kambuh. Jadi dia kedinginan, makan pun muntah. Sempat diberi obat tapi tidak sembuh,” kata Margono.
Saat menjalani isolasi mandiri bertiga, kondisi kesehatan orang tua Vino memburuk. Mereka pun dirujuk ke RS HIS. Sebab, ibu Vino diketahui memiliki penyakit penyerta asma.
“Ibu Lina ini ada asma,” ungkap Margono.
Begitu tahu orangtuanya meninggal, Vino tak henti-hentinya menangis. Bocah kelas 3 SD itu kini harus hidup sebatang kara.
“Begitu tahu ibu bapaknya meninggal sempat nangis tapi tidak terus-terusan menangis. Keluarga terus menghibur Vino. Bahkan sering video call dengan mbahnya di Jawa untuk terus menghibur Vino,” tutur Margono.
Vino pun terpaksa harus isolasi mandiri hingga 26 Juli 2021 di rumah. Keluarga dan tetangga berusaha menemaninya meski harus terpisah ruangan.
“Sampai aman nanti tanggal 26 Juli. Jadi Vino isolasi mandiri sendiri di rumah, depan televisi. Tapi kami, keluarga dan tetangga tidur di teras depan rumah,” ungkap Margono.
Perhatian khusus Puan Maharani
Kisa pilu Vino sampai ke telinga Ketua DPR Puan Maharani. Ia langsung memberi perhatian khusus kepada Vino, anak usia 10 tahun yang duduk di kelas 3 SD.
Perhatian itu menyusul hidup Vino yang kini sebatang kara ditinggal wafat kedua orang tua karena Covid-19.
Hal itu membuat Puan kemudian memberi perhatian kepada Vino lantaran pilu mengetahui Vino yang menjalani isoman sendirian.
Begitu mendengar berita tersebut, sebagai seorang ibu yang punya dua anak, hati saya pilu mendegar anak sekecil Vino sudah yatim piatu,” kata Puan.
Menurut Puan negara harus hadir menjamin segala kebutuhan Vino. Tidak hanya kepada Vino, ia meminta jaminan serupa juga diberikan kepada anak-anak lainnya yang mengalami hal serupa Vino.
“Dalam kondisi seperti ini, negara harus hadir menjamin segala kebutuhan Vino dan anak-anak Indonesia lain yang mengalami nasib serupa,” kata Puan.
Tak hanya itu, Puan juga mendorong pemerintah untuk mempercepat realisasi belanja anggaran penanganan Covid-19. Belanja tersebut salah satunya harus dipergunakan untuk perlindungan anak-anak Indonesia yang terdampak pandemi.
“Anak-anak adalah salah satu kelompok yang paling rentan dalam pandemi ini. Mulai dari mereka yang terinfeksi langsung, ditinggal wafat orangtua, sampai mereka yang belajarnya terganggu karena pandemi,” kata Puan terkait peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh hari ini, Jumat (23/7/2021).
Oleh karena itu, kata politisi PDI-Perjuangan tersebut, pemerintah harus memberi perhatian khusus terhadap anak-anak lewat serapan anggaran yang dipergunakan untuk melindungi anak-anak Indonesia dari dampak Covid-19.
“Perlindungan itu bisa dalam bentuk bantuan alat belajar online, santunan atau beasiswa bagi anak-anak yang ditinggal wafat orangtua mereka. Terlebih jika orangtua mereka adalah salah satu tenaga kesehatan yang gugur karena berjuang di garda terdepan menghadapi pandemi ini,” jelas Puan.
Perlu diketahui, Menurut Satgas Penanganan Covid-19 mencatat, per 16 Juli 2021 virus korona telah menginfeksi 351.336 anak (usia 0 – 18 tahun). Jumlah itu setara 12,8% dari total kasus positif Covid-19 di Indonesia. Dari jumlah anak yang menderita Covid-19, sebanyak 777 anak telah meninggal dunia.
Persentase angka kematian tertinggi berada pada kelompok usia 0 – 2 tahun, diikuti kelompok usia 16 – 18 tahun dan usia 3 – 6 tahun. Ada lima provinsi dengan jumlah kasus tertinggi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
***
Kredit visual: rri.co.id